peluang usaha
Powered By Blogger

Musik Klasik

Oleh: IRGI RAFAEL

Khasiat & Rahasia Musik Klasik Mozart


Musik diketahui memiliki banyak dampak positif bagi tubuh seperti menghilangkan stres atau membuat orang bahagia. Musik juga bisa membantu meningkatkan berat badan bayi yang lahir prematur, terutama musik Mozart.

Banyak orang yang telah mendengar tentang "efek Mozart" yang dianggap bisa memberikan dampak positif dalam segala hal baik untuk orang dewasa atau membantu perkembangan kecerdasan bayi ketika didengarkan di kandungan ibu.

Sekelompok peneliti dari Tel Aviv memiliki teori bagaimana efek Mozart ini bisa memberikan hasil pada bayi yang prematur, dan melalui studi ini pula didapatkan buktinya.

"Dengan mendengarkan musik Mozart, maka bayi akan mengeluarkan lebih sedikit energi. Hal ini tentu saja memungkinkan bayi untuk mendapatkan berat badan yang leih cepat," ujar peneliti, seperti dikutip dari ParentDish.

Dalam studi ini, peneliti melibatkan 20 bayi prematur yang sehat. Satu kelompok mendengarkan musik Mozart selama 30 menit pada dua hari secara berturut-turut, sementara kelompok lainnya tidak didengarkan musik Mozart.

Didapatkan bayi yang mendengarkan musik Mozart beristirahat dan tidak mengeluarkan energi (REE/resting energy expenditure) sebesar 10-13 persen. Dengan membakar energi yang lebih sedikit, akan memudahkan bayi untuk bertambah berat badannya.

"Dari penelitian kami, dapat dilihat terjadi peningkatan efisiensi metabolik sehingga bisa meningkatkan berat badan si bayi. Tapi penelitian kami baru mengambil contoh yang sedikit, jadi masih butuh uji klinis lebih lanjut," tambahnya.
Selain untuk bayi, efek Mozart juga bisa dirasakan manfaatnya bagi anak-anak. Salah satunya adalah meningkatkan kecerdasan anak yang setelah mendengar musik Mozart nilai IQ akan bertambah sebanyak 8-9 poin.
Efek Mozart adalah suatu fenomena yang mulai muncul di Amerika Serikat pada 1993 dan terus berkembang sampai ke seluruh dunia termasuk Indonesia hingga saat ini. Buku-buku tentang Efek Mozart telah ditulis dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Di Amerika Serikat, CD dan kaset Mozart sangat laris sejak pemberitaan perihal efek ini, bahkan di negara bagian tertentu ada peraturan pemerintah yang secara khusus menganjurkan warganya mendengarkan Mozart dan memasukkan musik itu ke kurikulum pendidikan.
Efek Mozart umumnya dapat dijelaskan sebagai kondisi/efek sebagai hasil pemaparan terhadap musik tertentu (khususnya musik Mozart) dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi dan perilaku.
Pengertian ini pun lalu terdistorsi lebih lanjut oleh publik hingga Efek Mozart diyakini pula dapat menyembuhkan penyakit tertentu seperti stroke, Alzheimer, Parkinson, dan lain lain.
Selain Efek Mozart, belakangan ini juga berkembang istilah terapi musik. Terapi musik adalah suatu bentuk terapi pelengkap yang dalam dunia kedokteran disebut Complementary Medicine.
Definisi Efek Mozart
Efek Mozart secara resmi ditemukan dan dipublikasikan oleh Rauscher et al, namun hak cipta untuk hal ini diambil oleh seorang ahli musik bernama Don Campbell dengan membuat website resmi Efek Mozart dan menjual banyak CD Efek Mozart. Rauscher sendiri tidak pernah mengklaim bahwa Mozart dapat meningkatkan kecerdasan, ia mengatakan bahwa adalah terlalu cepat berkesimpulan bahwa Mozart dapat membuat Anda lebih pintar.
Efek Mozart hanyalah meningkatkan kemampuan spasial-temporal sesaat, namun rupanya Campbell dengan buku dan website Efek Mozart-nya yang menjadi salah satu pencetus pendistorsi pengertian efek tersebut dengan melebih-lebihkan pengertian aslinya. Campbell mendefinisikan efek Mozart sebagai berikut:
“The Mozart Effect is an inclusive term signifying the transformational powers of music in health, education, and well-being. It represents the general use of music to reduce stress, depression, or anxiety; induce relaxation or sleep; activate the body; and improve memory or awareness. Innovative and experimental uses of music and sound can improve listening disorders, dyslexia, attention deficit disorder, autism, and other mental and physical disorders and injuries.”
Di sini termasuk juga pengertian efek musik Mozart terhadap kesehatan, padahal pada awal ditemukannya tidak sampai seperti itu.
Sejarah dan perkembangan Efek Mozart
Semua dimulai oleh para peneliti, Frances Rauscher et al dari Universitas California dalam Irvine Project. 2 Mereka membagi 36 mahasiswa dalam 3 kelompok dengan mendapat 3 perlakuan dalam 10 menit yaitu mendengarkan:
(1) Sonata for two piano in D, k.448 karya Mozart,
(2) kaset instruksi relaksasi, dan
(3) keheningan.
Segera setelahnya, mereka mendapat ujian spasial/temporal dengan menggunakan Stanford-Binet Test, suatu tes berupa lipatan kertas yang lalu digunting dan para mahasiswa tersebut diminta membayangkan bentuk pola guntingan ketika kertas tersebut dibuka. Mereka mendapatkan nilai lebih tinggi secara signifikan pada kelompok Mozart, yaitu sebesar 8-9 poin.
Namun, efek ini sangat singkat, hanya berlangsung 10-15 menit. Para peneliti tersebut berkesimpulan bahwa musik dapat menyebabkan otak berfungsi lebih baik dalam kemampuan spasial, setidaknya dalam beberapa menit. Namun, temuan ini terlalu dibesar-besarkan dengan mengatakan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan 8-9 poin IQ, padahal jelas bahwa efek tersebut hanya berlangsung beberapa menit dan hanya mencakup kemampuan spasial-temporal sehingga tidak dapat diklaim meningkatkan IQ pada umumnya.
Dengan semua penelitian yang ada sekarang, dunia sains dan kedokteran masih tetap harus berpikir kritis dan meneliti dampak musik terhadap kehidupan. Harapan bahwa Mozart dapat menjadi seperti lampu ajaib yang digosok lalu keluar jin yang dapat mengabulkan permintaan adalah khayalan belaka. Tidak ada cara cepat dan mudah untuk menjadi pandai, juga tidak dengan mendengarkan Mozart dan efeknya yang sensasional itu.
Akan tetapi efek Mozart dapat menjadi pemicu yang baik dalam penelitian musik lebih lanjut, sebab masih banyak khasiat musik yang tersimpan dan siap dibuka demi kesejahteraan manusia. Lalu, apakah tidak perlu mendengarkan Mozart? Tidaklah demikian.
Dengan mendengarkan Mozart, sesesorang dapat tertarik terhadap musik dan mulai mempelajarinya, berinteraksi dengan musik secara aktif misalnya dengan bernyanyi, bermain instrumen dan lain lain. Inilah yang sebenarnya dapat menghasilkan kegunaan jangka panjang, baik dalam hal emosi, kognisi, perilaku maupun kesehatan.
Efek Mozart dan Terapi Musik
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.
Klien dalam suatu sesi terapi musik biasa diajak bernyanyi, belajar main musik, bahkan membuat lagu singkat, atau dengan kata lain terjadi interaksi yang aktif dengan musik, dan bukan hanya mendengarkan secara pasif seperti yang terjadi pada efek Mozart.
Keaktifan dan kepasifan pelaku terhadap musik inilah yang membedakan terapi musik pada umumnya dengan efek Mozart. Selain itu, pada terapi musik, musik yang digunakan sangat beragam dan tidak terbatas hanya pada musik Mozart saja.
Tidak banyak persamaan antara efek Mozart dan terapi musik, selain keduanya menggunakan intervensi musik untuk memperbaiki keadaan klien/pasien, namun dampak yang dihasilkan dari keduanya berbeda.
Efek Mozart hanya bertahan beberapa menit, berpengaruh terbatas pada kemampuan spasial-temporal, dan belum dilaporkan dampak efek ini bagi kesehatan secara umum. Sedangkan terapi musik dampaknya lebih berkepanjangan (long-last), berpengaruh terhadap keseluruhan kemampuan (multiple), dan banyak laporan kemajuan kesehatan akibat intervensi terapi musik.
Terlepas dari banyaknya perdebatan mengenai keabsahan musik sebagai salah satu bentuk terapi, tak dapat disangkal lagi bahwa terapi musik sudah banyak dipraktikkan dan hasilnya cukup menakjubkan. Bahkan musik sudah diakui sebagai salah satu bentuk terapi pelengkap (complementary therapy), disamping akupunktur, massage therapy, dan chiropathy.
Terapi musik mulai berkembang di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, bahkan di Indonesia sudah ada klinik terapi musik dan penelitian musik sudah mulai dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa musik selain memiliki aspek estetika, juga aspek terapetik, sehingga musik banyak digunakan untuk membantu penyembuhan, menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisiologis pasien maupun tenaga medis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar